Lomba

Memberdayakan Mass Market bersama BTPN

 photo title1_zpsta4oujvs.pngSaya akan membawamu mundur beberapa tahun ke belakang, ke kisah masa kecil saya. Ke sebuah kampung, tempat saya dan ketujuh saudara saya dibesarkan. Dulu, letak rumah kami tepat berada di muka sebuah pasar. Pasar yang akan digelar hanya pada hari Rabu dan Sabtu saja. Saat itu, saya kecil sudah paham betul tempat-tempat apa saja yang wajib dikunjungi ketika pasar dibuka.

Ketan Maknya Neng, martabak (saya lupa nama pemilikinya), sate padang Mak Ateng, nasi uduk (ini pun saya lupa nama pemiliknya tapi ini nasi uduk terenak yang dimiliki kampung saya dulu), pecel (padahal pecel ini selalu ramai karena memang rasanya enak, sayang lagi-lagi saya tidak ingat nama penjualnya), hingga ke penjual es krim “dong dong”. Yup, makanan menjadi penarik utama saya terhadap pasar tersebut. Karena keberadaan para penjual makanan inilah, Rabu dan Sabtu menjadi hari yang selalu saya nanti-nantikan. 😀 

 photo DSC01940_zpsxrlszpbh.jpg photo title6_zpskcenbjcg.png

Setelah saya menikah lalu memiliki anak. Kampung itu menjadi kenangan nan indah. Samar saya masih bisa mengingat kegembiraan menikmati setiap gigitan dari jajanan yang saya beli. Kini, meski saya sudah memiliki keluarga, namun hobi jajan saya tidak serta-merta memudar, justru kian “menggila”. Seiring waktu saya pun menemukan banyak sekali pilihan tempat memanjakan lidah. Di antara semua itu, satu yang patut saya dan keluarga kecil saya singgahi di waktu pagi adalah kupat sayur. Kupat sayur ini sudah bertahun-tahun memangkal di pertigaan jalan komplek tempat saya tinggal. Pembelinya sangat ramai. Buka pagi, siang belum tiba, kupat sayur sudah tandas oleh pembeli. photo DSC01941_zpsasg1phck.jpg photo title6_zpskcenbjcg.png

 photo title2_zpsviqvcpjq.png

Makan dengan membeli memang gampang dan cepat. Namun memasak tetap menjadi urusan ibu rumah tangga yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Di komplek perumahan saya termasuk mudah mendapatkan bahan-bahan untuk memasak. Ingin mencari yang komplit bisa lari ke pasar depan komplek. Bila malas melangkah jauh, ada Mbak Tari yang menjual sayur-mayur beserta lauk-pauk yang cukup segar dan berada dekat dengan rumah. Jika itu pun masih terasa berat untuk kaki melangkah, maka saya bisa menunggu tukang sayur lewat di depan rumah. photo DSC01824_zps9yfywdho.jpg photo title7_zpsnaqed1rc.png

Mbak Tari, saya tidak pernah bertanya tentang usianya. Tapi jelas bila Mbak Tari jauh lebih muda tinimbang Bu Sutinem, penjual sayur keliling komplek. Kedua perempuan ini sama-sama memiliki etos kerja yang tinggi. Sama-sama penjual sayur. Sama-sama pendatang yang hidup di timurnya Jakarta. Perbedaan akan tampak pada kelengkapan dagangan yang mereka sediakan. Mungkin karena kekuatan modal yang dimiliki Mbak Tari lebih besar bila dibandingkan Ibu Sutinem. Jangka waktu mereka berjualan pun tidak sama. Bila Mbak Tari berjualan tidak sampai tengah hari , maka Bu Sutinem sepanjang hari harus melangkah menjajakan dagangannya dari pintu ke pintu. photo DSC01821_zps8pkguvd8.jpg photo title7_zpsnaqed1rc.png

Bagi saya, Bu Sutinem menjadi lebih menarik karena cara berpakaiannya yang konservatif. Kebaya tempo dulu yang dipadu padankan dengan sebuah jarik selalu membalut tubuh rentanya. Beliau keluar rumah dipagi hari, kembali pulang ketika hari menjelang petang. Saat berbincang dengannya, tak ada keluh kesah yang dikeluarkan. Karena menurutnya memang beginilah hidup di Jakarta. Tak bekerja, maka dapur pun tak dapat ngebul. Satu yang pasti dari kedua tukang sayur ini adalah kehadiran mereka memudahkan urusan dapur ibu-ibu di komplek saya. 

 photo title3_zpsw8drqrb5.pngKeberadaan penjual-penjual ini memberi warna tersendiri dalam kehidupan saya. Saya tak hanya mendapati pengalaman kuliner saja. Atau kemudahan memperoleh bahan-bahan memasak saja. Tapi kisah-kisah berharga kerap saya jumpai dari tutur mereka. Saya turut senang bila mereka mengenang kesusahan-kesusahan masa lampau lalu berbuah kesuksesan dikemudian. Sedih pun menyergap ketika cerita yang saya terima mengenai keterpurukan ekonomi seseorang. Tapi, saya selalu kagum kepada orang-orang yang selalu berjuang mengubah arah hidup mereka menjadi lebih baik.

Dari berbagai pengalaman yang saya terima di atas adalah wajar bila ucapan terima kasih saya berikan kepada mereka. Tapi kamu tahukan sebagian pengalaman yang saya dapat berasal dari orang-orang yang ada di kampung saya dulu. Bagaimana mereka tahu bila saya sangat berterima kasih terhadap peran mereka selama ini? Bagaimana pula cara menyampaikannya bila namanya pun saya tidak ingat? Bentuk terima kasih seperti apakah yang layak dipersembahkan kepada mereka? Apakah cukup bila saya tuliskan seperti ini :

“Maknya Neng, saya ucapkan terima kasih untuk ketannya yang mak nyus dan sambalnya yang mantap.” Atau. “Mak Ateng, perpaduan opak dan kuah sate padang belum ada yang menandinginya hingga kini. Terima kasih untuk kesempatan merasakan kenikmatan yang tiada duanya itu.”

Apakah cukup bila saya mengucapkan terima kasih seperti di atas? Bagi mereka tentu saja sudah cukup. Karena penjual akan senang bila pembeli merasa puas. Apalagi sampai terkenang seperti saya. Itu sangat memuaskan bagi Maknya Neng, Mak Ateng, Mbak Tari, Ibu Sutinem dan penjual-penjual lainnya. Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan saya adalah akan berapa lamakah eksistensi mereka dapat dipertahankan?

Menurut saya eksistensi pelaku bisnis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kisah Mbak Tari dan Bu Sutinen bisa saya jadikan sebagai contoh bagaimana pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus bersikap. Berikut saya merangkumnya menjadi 5 hal yang wajib dimiliki oleh pelaku usaha agar eksistensi tetap terjaga.

5 hal yang wajib dimiliki oleh setiap pelaku usaha :

  1. Kemauan. Tanpa ini tidak akan bisa mengubah hidup seseorang sesuai dengan yang diinginkan. Usaha apa pun tidak akan menghasilkan buah yang manis bila tidak diiringi dengan kemauan yang keras.
  2. Etos kerja yang tinggi. Kemauan sudah ada, maka lengkapilah dengan semangat kerja yang tinggi. Seperti yang ditunjukkan oleh Bu Sutinem. Beliau berangkat dari rumah ketika hari masih pagi, kembali pulang ketika hari menjelang petang. Menarik gerobak diusia Bu Sutinem bukanlah perkara gampang. Apalagi bila itu pun harus dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang hari. Jelas, pada titik ini semangat kerja Bu Sutinem layak dicontoh.
  3. Pantang menyerah. Tak jarang ketidakmudahan kerap mengiringi sebuah usaha. Jiwa-jiwa yang tak mudah kalahlah yang mampu melaluinya.
  4. Kreatif. Inilah hal terpenting bila memutuskan untuk terjun ke dalam sebuah bisnis. Kreatif tidak melulu tentang menghasilkan sebuah produk. Kreatif bisa dalam bentuk kejelian dalam mencari pangsa pasar. Kreatif bisa berupa kemampuan melihat sebuah kesempatan. Kreatif bisa juga hadir melalui kecermatan dalam menghadirkan produk-produk yang dibutuhkan oleh pasar.
  5. Modal. Modal bisa didapat dari tabungan yang telah ada. Bisa juga melalui pinjaman dari seseorang. Atau pinjaman yang diperoleh dari lembaga-lembaga keuangan. Bila lembaga keuangan yang dipilih, maka pelaku UMKM harus memiliki pengetahuan mengenai ini. Minimal memiliki keberanian untuk bertanya kepada petugas dari lembaga tersebut.

 photo title4_zpssefj5kfv.png

Siapakah yang dimaksud dengan mass market ini? Mass market bisa berupa pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Seperti Mak Ateng, Mbak Tari atau Ibu Sutinem termasuk dalam kategori mass market ini. Namun tidak hanya pelaku UMKM saja yang bisa disebut mass market, para pensiunan dan masyarakat prasejahtera produktif pun ada di dalamnya.

Memberdayakan mass market sama artinya menjaga eksistensi mereka di dunia usaha. BTPN hadir memberikan jaminan kepada mass market yang ada di negeri ini agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan usaha mereka. Melalui program Daya, BTPN tidak hanya memberikan pinjaman modal saja tetapi juga menyediakan pelatihan-pelatihan kepada pelaku UMKM dalam melebarkan sayap usaha.

Pemberdayaan mass market memang menjadi konsentrasi BTPN. Konsistensi BTPN terhadap mass market dapat dilihat melalui pemberdayaan yang telah di lakukan di beberapa wilayah. Mataram, Malang, Kupang adalah sebagian yang telah menikmati sentuhan BTPN melalui penerapan program Daya terhadap UMKM yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut.

Hebatya lagi, tidak hanya BTPN saja yang memiliki kesempatan menggerakkkan mass market menuju ke arah yang lebih baik. Saya, kamu, anda atau siapa pun dapat melakukan hal yang serupa. Yaitu dengan menabung di BTPN Sinaya, maka kita telah membuat jutaan mass market di Indonesia menjadi lebih “bertenaga”. Kita telah turut membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menabung untuk memberdayakan begitulah istilahnya. Untuk lebih jelasnya mari perhatikan simulasi berikut. 

Simulasi Menabung untuk Memberdayakan

  1. Mulai simulasi dari sini. photo simulasi1_zpsiuxm7dgt.jpg

2. Simulasi ini dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu terhubung langsung dengan facebook atau menggunakan manual.
 photo simulasi2_zpswffg1gax.jpg

 

3. Langkah selanjutnya adalah mengisikan nama dan email pada kolom yang tersedia. Kemudian pilih bidang yang ingin anda berdayakan. Ada tiga bidang yang diajukan dalam simulasi ini diantaranya art & culture, culinary dan fashion.
 photo simulasi3_zpslrjlygsa.jpg

4. Tentukan jumlah nominal yang ingin anda tabung setiap bulannya serta berapa lama anda ingin menabung.
 photo simulasi4_zpsjhza6ujx.jpg

5. Berikut hasil simulasi yang telah saya lakukan. Saya menabung pada batas nominal yang terkecil yaitu Rp. 500.000,-. Selama 2 tahun nilai tabungan saya sebesar Rp 12.617.443. Melalui program Daya, jumlah tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberdayakan mass market yang telah menjadi nasabah BTPN. Karena saat simulasi saya memilih memberdayakan bidang kuliner, maka yang dapat meminjam dana tersebut adalah UMKM yang bergerak di bidang kuliner. Misalnya seperti Ibu Maimunah Nicolas ini.
 photo simulasi5_zpssy1z9wv3.jpg

***

Keberadaan mass market tidak hanya bermanfaat bagi saya pribadi saja. Tapi tak jarang negeri ini pun terkena dampak positipnya. Turut memberdayakan mass market sama halnya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menabung untuk memberdayakan adalah bentuk konkret kepedulian kita terhadap mass market. Inilah wujud lain dari rasa terima kasih kita kepada mass market. Sudah tiba waktunya bagi mereka untuk menerima penghargaan serupa ini. Maka, tunggu apa lagi? “Yuk, segera menabung di BTPN Sinaya.” 

17 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *