Perut kami terasa lapar setelah puas bermain air di OceanPark BSD City. Sebuah cafe dengan citra rasa makanan Arabian menjadi tujuan kami selanjutnya.
Waktu sudah petang ketika kami tiba di lokasi cafe. Kumandang azan magrib menyambut syahdu kedatangan kami. Tak pelak bila kaki-kaki kami gegas mencari masjid terdekat dan segera menunaikan sholat tiga rakaat. Letak masjid yang tak terlampau jauh dari lokasi cafe memberi kemudahan beribadah bagi umat muslim seperti kami. Usai sholat kami pun lekas kembali melanjutkan niat yang tertunda. Rasa lapar mendesak kami untuk segera menuntaskan “tuntutan” perut yang semakin dahsyat. Langkah pun kian dipercepat. Cafe kian dekat. Dan akhirnya kami merapat dengan selamat. ๐
Cafe Zamrud, itulah sebutan untuk tempat makan yang kami kunjungi kali ini. Bangunan cafe berupa ruko (rumah toko) yang terletak di tepi jalan. Diapit oleh gang dan rumah-rumah penduduk. Tepat di seberang cafe berdiri Sekolah Menengah Pertama YPMI. Jalan yang melintasi Cafe Zamrud memang tak cukup lebar namun masih bisa dilewati oleh kendaraan roda empat. Area parkir yang disediakan untuk pengunjung cafe sangat terbatas. Bila roda dua yang digunakan maka kita dapat dengan mudah memarkirkannya di tepi jalan. Namun bila roda empat yang menjadi pilihan, hm, tentu tidak segampang seperti memarkirkan sebuah motor.
Saat kami memasuki Cafe Zamrud, suasana tempat makan ini belum terlampau ramai. Beberapa meja telah terisi oleh pengunjung. Meja kosong yang tersisa no 2, no 3, no 8 dan meja bagian luar. Meja no 3-lah yang kami pilih. Tak lama seorang wanita berjilbab segera menghampiri meja kami. Menyerahkan daftar menu, memberikan secarik kertas dan sebuah pena lalu dia pun kembali sibuk dengan pengunjung yang mulai ramai.
Ada beberapa menu yang ditawarkan oleh Cafe Zamrud. Diantaranya nasi goreng bombay, nasi kebuli, nasi beryani, roti cane, martabak telor, ayam goreng rempah dan sebagainya. Setelah menimbang, memperhitungkan, memperkirakan, akhirnya pilihan menu kami jatuh pada nasi kebuli kambing, nasi mandhi kambing, roti cane susu dan mie goreng udang. Minuman yang kami pesan adalah jus jeruk, teh tawar anget, dan beberapa minuman kemasan.

Semua pesanan telah tertulis. Wanita berjilbab kembali menghampiri meja kami. Lalu pergi membawa kertas yang berisi daftar menu-menu yang kami pesan.ย Sementara menunggu pesanan kami datang, saya pun sibuk memperhatikan sekeliling cafe. Minat saya terhenti pada banner berwarna hijau yang terletak di sisi-sisi dinding cafe. Disitu tertulis SEMUA MASAKAN TANPA SANTAN, VETSIN, PENGAWET, RENDAH KOLESTEROL (HIGIENIS).

Wah, sangat pas dengan gaya hidup sehat yang saya coba terapkan selama ini. Penggunaan vetsin dan pengawet memang bisa diminimalisir bahkan dihilangkan bila masakan yang diolah kaya akan rempah. Tapi tanpa santan? ย Hm, tawaran ini cukup menarik bukan? Saya jadi tak sabar menanti pesanan datang.
Hidangan pertamaย pun datang, roti cane susu. Ini pesanan putri sulung saya, Neva. Di Cafe Zamrud ini anak-anak saya sedikit mengalami kesulitan memilih menu yang mereka suka. Daftar makanan yang disediakan kental akan aroma rempah yang tidak disukai oleh anak-anak.

Kendala berwisata kuliner bersama buah hati itu adalah selera makan mereka yang masih monoton. Menu yang dipilih tidak jauh-jauh dari ayam ke ayam. Hal inilah yang menyebabkan keinginan kami dan anak-anak kerap kali bertentangan. Tetapi sejak Neva mengetahui dampak dari seringnya mengkonsumsi ayam potong sedikit mengubah gaya makan Neva. Kini, Neva mulai mencoba menu lain selain ayam.
Kehadiran roti cane menjadi solusi yang tepat bagi Neva. Lidah Neva sangat menerima perpaduan antara cane dan susu. Roti cane susu ini pun berhasil memikat hati suami saya. Menurutnya inilah salah satu menu yangย recomended banget buat pecinta kuliner.ย Hidangan pertama ini menyelamatkan suasana santap malam kami tetap terkendali dengan baik. Roti cane susu ini dibanderol Rp 15.000,-. ๐
Hidangan keduaย tiba yaitu nasi kebuli kambing pesanan saya. Cafe Zamrud tampaknya berusaha konsisten terhadap konsep mereka. Ini dapat dilihat dari kesungguhan Cafe Zamrud dalam menghadirkan makanan-makanan nan higienis. Makanan-makanan yang terbebas dari vetsin atau pun pengawet.

Dan konsistensi itu sudah saya buktikan melalui nasi kebuli kambing yang saya pesan. Lidah dan otak saya dapat menjamin bila pesanan saya ini memang tidak dibubuhi vetsin. Kenapa saya begitu yakin akan hal itu? Karena otak saya cukup reaktif bila indera perasa saya bersinggungan dengan monosodium glutamate (MSG). Sedikit saja makanan berindikasi MSG, sistem saraf saya akan segera mengirimkan rasa tak enak pada tubuh. Dan itu tidak saya temukan pada nasi kebuli kambing milik saya.
Konsep higienis ini pun didukung dengan beras yang digunakan oleh Cafe Zamrud, yaitu beras basmati. Beras basmati adalah salah satu varian beras yang dimiliki India dan Pakistan. Dalam bahasa sansekerta “basmati” memiliki arti harum dan wangi. Butiran berasnya kecil dan panjang. Taburan bawang goreng diatasnya kian menguarkan aroma nan menggoda.
Nasi kebuli ini disajikan bersama dua potong besar daging kambing yang siap memanjakan lidah para pengunjung. Daging kambingnya dimasak dengan tepat dan benar sehingga bau kambing tidak tercium sama sekali. Lembut dagingnya sangat pas. Dilengkapi dengan kesegaran acar dan kerupuk emping siap memecah suasana santap malam saya kian semarak. Dari segi rasa, nasi kebuli kambing cukup memuaskan. Hanya saja porsinya terlalu banyak bagi saya. Untuk dapat menikmati nasi kebuli kambing ini kita harus mengeluarkan rupiah sebesar Rp 68.000,-
Hidangan ketiga, nasi madhi kambing. Wah, kalau ini pesanan suami tersayang. Nasi madhi ini terasa lebih gurih tinimbang nasi kebuli. Tampilan nasi madhi kambing pun hampir serupa dengan nasi kebuli kambing. Hanya saja nasi madhi dilengkapi dengan sambal goreng. Tiap kali daging kambing yang menjadi lauk, suami saya kerap berseloroh seperti ini, “Musti hati-hati bila memiliki libido tinggi. Harus ada pelampiasan yang halal!!” ๐

Ada sedikit tips saat menyantap nasi madhi kambing agar sensasi kelezatan bisa didapat. Coba lakukah hal berikut, siapkan nasi madhi, ambil sepotong daging kambing, beri sedikit sambal dan bubuhi bersama segarnya acar setelah itu masukkan ke dalam mulutmu. Beuhhย … tiap kunyahan yang dilakukan yang ada hanya kenikmatan semata. Ajib! Dengan Rp 68.000,- kamu sudah bisa merasakan kelezatan dari nasi madhi kambing.
Hidangan keempatย adalah mie goreng udang. Putri bungsu saya yang memesan menu satu ini. Lidah Adel lebih gampang menyesuaikan banyak rasa. Namun sayangnya mie goreng udang ini terasa pedas oleh Adel. Padahal penampilannya cukup menggoda. Jika saja perut saya tidak terasa sesak karena besarnya porsi nasi kebuli kambing yang saya makan, pasti mie goreng udang sudah saya sikat.

Menurut suami saya rasa mie goreng udang ala Cafe Zamrud ini serupa dengan mie aceh. Bentuk mie saja yang berbeda. Bila mie aceh bentuknya bulat dan besar, mie goreng udang bentuknya seperti mie keriting biasa. Cukup dengan Rp 27.000,- saja, mie goreng udang siap disantap.
Santap malam kami belumlah usai, namun nasi goreng kambing kembali kami pesan untuk dibawa pulang. Nasi goreng kambing ini dibandrol Rp 37.000,-. Jadi bila ditotal seluruh pesanan kami maka jumlah yang dikeluarkan adalah Rp 244.000,- . Harga-harga yang disematkan pada tiap menu sangat sesuai dengan rasa yang kami dapat.

Hari kian malam, Cafe Zamrud kian ramai. Tiap pesanan telah kami terima. Soal rasa tidaklah mengecewakan. Nah, jika kamu tertarik berkunjung ke Cafe Zamrud, jangan datang pada pagi hari. Kamu pasti tidak akan dilayani. Tapi datanglah pada sore hari. Karena jam buka cafe memang dimulai dari pukul lima sore hingga sepuluh malam. Hanya beberapa jam saja mereka beroperasi. Tapi dengan waktu buka yang singkat tersebut, pengunjung tak henti-hentinya berdatangan. Meja-meja kosong hampir tak pernah ada. Selalu kembali terisi oleh pengunjung baru.ย ย Pengunjung lama belum beranjak dari duduk mereka, pengunjung baru sudah mengantri di belakang. Sungguhlah ramai Cafe Zamrud ini. Inilah salah satu kuliner Arab yang patut direkomendasikan ke kamu. Kamu penasaran?? Silakan dicoba!!!

Kayaknya enak, nih. Kapan-kapan saya pengen cobain ke sana, ah ๐
wah ayuk cobain mb. ๐
Berasnya itu impor langsung kah mbak? bentuknya beda ma nasi2 sini
enak sepertinya ya, saya jg pecinta masakan arab/ timteng ๐
katanye sich impor. tapi di jkt ada juga yg jual mb. ๐
wah patut dicoba nih, kayaknya enak
yuk mari dicoba. mnurut aku sich uenakk ๐
Padahal masakan seperti nasi kebuli, seringnya dijual dengan MSG yang lumayan banyak. Ternyata ada juga yang mau berkontribusi menyediakan masakan yang sehat dan rendah kolesterol.
iy. sblmnya saya kira pun bgitu. tapi utk cafe yg satu ini tdk termasuk.
wah saya pengen coba nasi gorengnya,… sepertinya enak banget itu, hehe jadi pengen…
ayo dicoba.utk masakan non msg termasuk enak itu. ๐
Wihh…. jarang banget nemuin tempat makan yg tanpa vetsin dan pngawet. Hrganya pun ni cukup trjangkau juga. Tfs ya mbak
iy mba, jarang memang. paling tidak dapat satu dan soal rasa tidak mengecewakanlah ๐
menunya asik gitu ya mbak, Arabian banget. Pengen cicipin deh ๐
btw, salam kenal mbak ๐
silakan langsung mnuju lokasi ๐
salam kenal juga. ๐
Coba ada di Balikpapan. bisa jadi langganan saya. Masih nyari2 tempat makan selera timur tengah seperti ini di Balikpapan. Belum nemuuu. Padahal saya suka sekali nasi Briyani dan teman2nya. Apalagi kalau pakai kambing muda yang dagingnya lunak tanpa perlawanan ๐
oh di balikpapan belum ada ya. sini mbak ke jatinegara aja. ๐
waaa kau doyan roti cane dan nasi kebuli, enakkk.., kapan2 mau ah cobain di dana juga ๐
cobain mbak. enak kok. ๐
Cukupan mahalnya, meski kadang agak mikir jika jajan seharga itu. Hehehehe…
Tapi lihat makanannya.. duh sangat menggugah selera. Daaan… higienis serta originalitasnya itu, yg sulit diabaikan. Ada harga ada rasa
iy mb, ada harga , ada rasa. sempatin mampir mb klo ada diskitaran jatinegara. ๐
Duuh..penampakan menu-menu makanannya menggugah selera..jadi laper
haha.. cus ke tkp mbak. ๐
wah jadi pengen nasi kebuli kambing juga mbak :))