Menempa Cinta
Sebelum menikah saya kerap melihat bagaimana perjuangan seorang ibu untuk buah hatinya. Tak ada kata lelah dalam kamus seorang ibu. Seolah-olah hidupnya hanya untuk anak-anak tercintanya. Rasa kesal bisa saja muncul di saat-saat tertentu. Tapi itu akan hilang tak berjejak. Kasih ibu senantiasa mampu menghapus kecewa yang mendera batinnya. Iya, karena selalu ada cinta di hati ibu.
Seiring waktu saya pun melakoni peran ibu ini. Tak mudah sungguh. Di sini saya benar-benar dididik menjadi manusia. Episode hidup yang penuh dengan tantangan. Rintangan tak hanya datang dari luar diri. Asa yang timbul tenggelam menghadirkan rasa ragu saat menjalani kehidupan diawal-awal berumah tangga. Kata orang teruslah bertahan demi buah hati. Kata-kata begitu gampang terucap, tapi tidak begitu saat saya berusaha mewujudkannya.
Namun faktanya, dibanyak kasus, kehadiran buah hati memang menjadi alasan banyak orang untuk bertahan dalam berumah tangga. Begitu pun dengan saya. Dari anak-anak saya belajar banyak hal. Tentang kesabaran, tentang keteguhan hati, tentang keikhlasan dan tentang cinta. Bahkan dalam tiap keluh yang tertancap selalu ada pelajaran yang didapat. Begitu pun tiap kali kondisi tubuh mereka menurun. Yaitu saat anak-anak tengah sakit, di sinilah cinta tulus tanpa pamrih itu pun kian ditempa.
Cinta Tanpa Pamrih
Selalu ada cinta di hati ibu. Sungguhkah?
Setidaknya itu yang ingin saya tanamkan pada diri ini. Mendidik anak-anak dengan cinta. Saya berharap cinta selalu hadir apa pun kondisi yang kami hadapi. Namun biasanya cinta yang tulus itu akan tampak saat keadaan sedang tidak baik. Seperti sakit misalnya. Di sinilah kesabaran seorang ibu benar-benar diuji. Bila tanpa cinta maka yang muncul hanya lelah dan amarah. Saya yakin cinta mampu meredam lelah yang dirasa. Dan percayalah cinta mampu menghalau amarah pergi menjauh.
Ah, dari tadi bicara cinta, cinta, dan cinta. Saat anak sakit, apa cinta bisa menyembuhkan?
Anak sakit tentu saja harus diberi obat. Istirahat yang cukup dan diberi asupan yang bergizi. Namun cintalah yang mendasari ditiap tindakan yang diambil oleh sang ibu. Tanpa rasa sayang, kita tidak akan paham langkah terbaik apa yang harus dilakukan dikala anak-anak tengah jatuh sakit. Tanpa rasa sayang, bisa jadi seorang ibu akan tega membiarkan anaknya menderita kesakitan. Iya, tanpa cinta, mungkin saja tidak akan ada langkah-langkah medis yang diterapkan ke buah hatinya.
“Wah, wah ternyata situ ibu yang baik toh?”
Tidak. Saya bukanlah ibu yang baik. Tapi saya berusaha untuk menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya. Putri pertama saya bilang bila saya ini orang yang gampang panikan. Suhu tubuh anak-anak terasa sedikit berbeda, saya sudah rusuh ke mana-mana. Suara cempreng saya menjadi lebih sering didengar oleh mereka.
“Duch mbak, kamu kurang minum nich, minum yang banyak donk.” Ini salah satu kalimat yang kerap terucap bila suhu tubuh anak pertama saya berubah sedikit hangat.
“Adek di sekolah jajan chiki ya?” Begitulah tanya yang muncul saat si kecil agak panas. Selanjutnya kalimat-kalimat perintah pun memberondong si kecil. “Adek minum air putih dulu sana.” Atau. “Adek makan yang banyak, biar kuat.”
Tapi, namanya sedang tidak enak badan, minum air tentu menjadi malas apalagi untuk makan. Lantas bagaimana cara saya menangani urusan panas tubuh yang terjadi pada anak-anak?
- Saya berusaha tidak panik.
- Siapkan termometer untuk memantau suhu tubuh anak.
- Usahakan berilah anak minum secukupnya agar tidak kekurangan cairan.
- Kabar baiknya saya memiliki obat andalan yang baik seperti Tempra. Di rumah kami Tempra selalu siap sedia beraksi jika anak-anak terserang demam. Jadi saat suhu tubuh anak-anak menanjak naik, saya pun tidak perlu panik. Karena ada Tempra yang menangani urusan menurunkan panas pada tubuh anak.
Kelebihan Produk Tempra
Saat kesehatan anak-anak tengah terganggu, saya tidak berani memberikan sembarang obat pada anak-anak. Tiap kali anak-anak jatuh sakit, saya akan bertanya ke orang-orang terdekat mengenai obat yang baik dan dapat dipercaya cara kerjanya. Dokter menjadi alternatif terakhir bila kondisi kesehatan anak-anak tidak juga membaik.
Nah, khusus untuk urusan panas, saya dan keluarga lebih percaya menggunakan Tempra. Tempra sudah kami gunakan secara turun temurun. Khasiatnya cukup ampuh menurunkan panas pada anak. Selain itu Tempra memiliki 3 kelebihan, yaitu :
- Aaman di lambung
- Tempra tak perlu dikocok (100 % larut)
- Dosisnya tepat sehingga tidak menimbulkan over dosis atau kekurangan dosis.
Kini, 11 tahun sudah Tempra Syrup menemani saya dalam mengatasi panas pada anak. Melalui Tempra cinta saya pada anak-anak tersalurkan dengan baik. Tempra sebagai wujud kasih sayang saya saat anak-anak tengah sakit. Tanpa Tempra apalah saya. Hanya ibu yang gampang panikan. 🙁 . Tempra obat penurun panas anak kepercayaan keluarga kami.
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Andalan saya juga Tempra kalau anak mulai demam mbak. Salam kenal dari Palembang 🙂
punya andalan yg sama kita, salam kenal juga dari jakarta. 🙂
Anak2 juga pakai tempra mbaa.. alhamdulillah cocok.
Kasih sayang ibu bener2 tanpa pamrih yaa mbaaaa
Sama mba.. Aku juga panik kalo si kecil tiba2 badannya.. Padahal kata ibj anak bayi emang kalo mulai mau besar suka gitu.. Tiba2 badannya anget.. Mau numnuh gigi anget, mau bs jalan anget.. Tapi ya sebagai ibu tetap aja panik..
Iya lho, udah berapa kali saya ngingatkan diri sendiri sedia termometer. Lha, sampai sekarang lupa lagi mau cari. Makasih ya mbak, nih udah dicatet aja
iya, segera realisasikan. biar ndak lupa lagi. 🙂